
Yogyakarta, 29 Agustus 2025 – Suasana Aula Pendopo Utama Labschool UNY sore itu terasa berbeda. Labschool UNY yang terletak di Jl. Bantul No.50, Gedongkiwo, Kec. Mantrijeron, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta Puluhan pasang mata penuh antusiasme menyimak jalannya Pelatihan Penyusunan Pembelajaran Berbasis Joyful Learning yang digelar khusus bagi guru SMP Kelas Khusus Olahraga (KKO) Labschool UNY. Kegiatan yang berlangsung hari Jumat pukul 13.30 WIB ini resmi dibuka dengan sambutan hangat dari Ketua Tim PkM MWA, Dr. Drs. Sudarmaji, M.Pd. Pelatihan ini menjadi istimewa dengan hadirnya sejumlah akademisi terkemuka, di antaranya Prof. Suyanto, M.Ed., Ph.D., Prof. Dr. Achmad Dardiri, M.Hum., Ph.D., Prof. Endang Rini S., Dr. Aprilia Tina Lidyasari, M.Pd., Dr. Anang Priyanto, S.H., M.Hum, serta staf Ahli MWA Happri Novriza Setya Dhewantoro, S.Pd., M.Pd., mahasiswa program magister, dan tiga puluh guru Labschool UNY ikut serta memperkaya suasana diskusi.
Dalam sesi utama, Prof. Suyanto, M.Ed., Ph.D. memaparkan materi tentang deep learning sebagai fondasi dari joyful learning. Beliau menekankan bahwa pendidikan abad ke-21 harus berlandaskan pada tiga prinsip emas: mindful (berkesadaran), meaningful (bermakna), dan joyful (menggembirakan). Menurutnya, inilah jawaban konkret terhadap problem literasi, karakter, dan keterampilan abad 21 yang masih menghantui dunia pendidikan Indonesia. Lebih jauh, Prof. Suyanto menggambarkan deep learning sebagai upaya mengembangkan potensi siswa secara holistik. Empat dimensi utama menjadi pijakan: olah pikir yang mengasah penalaran kritis dan kreatif, olah hati yang membangun moralitas dan karakter, olah rasa yang menghidupkan sensitivitas seni dan budaya, serta olah raga yang memperkuat kesehatan jasmani dan keterampilan motorik.
Tak berhenti di situ, beliau juga menyoroti delapan kompetensi inti yang harus dihidupkan guru: keimanan dan ketakwaan, kewargaan, penalaran kritis, kreativitas, kolaborasi, kemandirian, kesehatan, serta komunikasi. Guru, kata beliau, bukan sekadar penyampai teori, melainkan fasilitator yang menghadirkan pembelajaran kontekstual, aplikatif, dan relevan. Strategi pembelajaran dapat diwujudkan melalui pemanfaatan teknologi digital, proyek kolaboratif, refleksi budaya belajar, hingga apresiasi atas capaian siswa.
Sesi tanya jawab berlangsung hangat. Guru-guru bertanya tentang cara konkret menghadirkan deep learning di kelas olahraga. Prof. Suyanto menjawab dengan lugas: “Gunakan permainan edukatif. Belajar bisa menyenangkan, sekaligus penuh makna.” Melalui permainan, nilai kebersamaan, disiplin, dan tanggung jawab dapat ditanamkan secara natural. Pelatihan kemudian ditutup dengan foto bersama, meninggalkan semangat baru bagi para guru untuk menghadirkan pembelajaran yang lebih hidup, humanis, dan menggembirakan di ruang kelas.
Penulis : Afanin Kalqim
Editor : Happri Novriza Setya D.